Kamus Ajaib
Wahhhh…Kamus Ajaib???
Yups!! Kamus Ajaib ini bukan untuk menerangkan definisi kata dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia or bahasa lainnya. Duniaku atau mungkin para dunnies (dunny = penikmat blog Dunia Ajaib) sering mendengarkan satu kata or kata-kata yang tiba-tiba meluncur dari mulut seseorang untuk menjelaskan suatu maksud. Kata-kata itu bisa jadi bukan mengadopsi dari bahasa tertentu. Yaa…meluncur saja demikian adanya.
Bingung?
Just follow Kamus Ajaib n dunnies will know what I mean…
—————–
Alkisah seorang teman bernama Julia (nama samaran) memiliki pemikiran yang unik. Julia selalu berpikir cepat dan seringkali lebih cepat daripada mulutnya. Ditambah lagi kemampuan Julia untuk berpikir out of the box (alias yg buat para dunnies nggak kepikiran), walhasil Julia selalu berhasil menciptakan kata-kata unik untuk menggantikan kata-kata yg dia ‘lupa’ atau belum tahu. Inilah kisahnya….
#1
Pada suatu perjalanan dari puncak Bogor ke arah Jakarta, tiba-tiba jalur kami distop karena ada pejabat mau lewat.
Kemudian si Julia berkata,”Enak ya jadi pejabat, kemana-mana dikawal provider!”
Kami: “???”
Dan akhirnya seseorang menimpali, “Mungkin maksudnya Julia, provider itu Fore Rider ya?!?”
Julia: “Iya, itu maksudnya!! Fore Rider!!!” *tersipu-sipu*
—————–
#2
Pada suatu pembicaraan di kantor ngobrolin tentang kabar-kabar terbaru…
Julia: “Kalian tau nggak kalau banyak dubes RI di luar negeri banyak yang diganti?”
Kami: “Iya…iya…banyak yang diganti, emang udah waktunya ganti sih…”
Julia: “Wahhhh!! gw baru dapet kabar nich!!! Si Bapak B sekarang udah jadi etalase di negara D!!!”
Kami: “????” Pleaaseeee dweeeehhh….. atase kali maksud loe!!!
Julia: (dengan gaya khasnya setelah melakukan kesalahan ucap) “Eh..iya…. maksudnya, atase… salah nyebut etalase! hehehe….”
—————-
#3
Julia temanku ini paling suka sama sayur, dia bukan seorang karnivor. Bahkan seringnya ke Han*m*sa bayar full tapi tetep nggak makan daging apa2…palingan ikan atau ayam. Julia berpikir seandainya saja ada pake sayur saja di restoran all you can eat itu.
Sebagai pecinta sayur, nggak heran lah kalau Julia suka sama masakan yang namanya Cap cay! Itu lho masakan yang sayurnya macem-macem dan dimasaknya pakai magasin!
Hehehe….coba tebak… apa itu magasin?!?
Bukan…itu bukan mesiu isi peluru. Maksudnya Julia, magasin itu adalah maizena alias tepung jagung!!! Wkwkwkwkwk…
Eh suatu hari yang lain lagi, bukannya belajar dari pengalaman bahwa maizena itu bagaimanapun juga tidak bisa digantikan pengucapannya dengan magasin, Julia malah menggunakan kata ‘magasin’ untuk menyebutkan ‘magazine’!! [tentu saja dengan pengucapan mAgASin dan bukannya megezzin *sorry ngga ada kamus fonetik disini*]
—————-
#4
Suatu hari ketika sedang ngobrol-ngobrol ringan di pagi hari, kita membicarakan mengenai investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Pada saat itu, harga emas memang sedang murah. Dalam diskusi dipercaya bahwa harga emas bakal naik.
Julia yang awam mengenai ‘perinvestasian’ ini mulai tertarik setelah tahu kecilnya resiko dan besarnya keuntungan beli emas. Bahkan daripada harus menabung di bank yang nilai mata uangnya terus menurun, emas lebih menguntungkan sebagai simpanan.
Teman-teman berencana untuk pergi ke Antam dan membeli emas. Julia yang udah sangat tertarik akhirnya tidak tahan untuk bertanya,“Eh kayaknya aku juga mau beli emas buat investasi nih! Berapa sih harganya?? Trus biasanya kalo beli gimana? Kiloan ya???”
“….”
Hahahahaha…saking polosnya Julia, dia lupa mengkonversi emas dengan beras dan menyebutnya emas sebagai produk kiloan. Dengan entengnya sih kita cuma jawab,”Yaa…..sekilo juga boleh kalau ada uangnya…….” Hehehehee…..
——————
#5 #6 dan #7
Apa hubungan antara Kampung, Ember dan Ikan?
Ketiga kata itu jelas bisa punya hubungan erat dan bisa sangat tidak berhubungan. Tapi ketiga kata tersebut tiba-tiba saja mengalir dalam percakapan antara aku, Julia dan teman-teman lainnya.
Pada suatu hari Julia cerita kalau dia itu sebel banget ama temennya. Yah namanya temen lagi bete, jelas dong kita dengerin baek-baek (padahal jangan-jangan cuma nyari celah buat mbanting si Julia) hehehe… Julia cerita kalau dia punya kenalan baru yang suka sombong (menurut versinya Julia lo ya). Ternyata temennya Julia cerita kalau dia baru beli rumah, dan kayaknya cash deh… Nah sampai bagian ini aku merasa mungkin aja kalau si Julia sebel atas kesombongannya temennya itu. Mungkin temennya bercerita dengan congkaknya bagaimana dia akhirnya beli rumah (padahal sah-sah aja yaaa…). Trus aku bilang, “Kenapa Jul, kamu ga suka temenmu beli rumah? Jangan gitu Jul…ga boleh iri….” Eh belum selesai mau nasehatin Julia, dianya langsung motong, “Bukan! Bukan masalah beli rumahnya!! Tapi dia cerita kalau dia akhirnya bisa beli rumah di kampung!!!”
“Jadi maksud loe, Jul? Kamu nganggep dia sombong karena dia beli rumah…di KAMPUNG?!? Kok bisa kamu nganggep itu sombong??”
“Ya iyalah itu sombong… Dia bisa beli rumah di kampung!! Di kampung lo mbak…bukan di kota!!”
“Eeehh…sebentar…sebentar, bukannya yang harusnya sombong itu biasanya orang kota?? Kok malah jadi kebalik sih??”
Ternyata setelah ngobrol secara investigatif, Julia cerita kalau bisa tinggal di kampung itu adalah suatu kemewahan. Dia selama ini selalu tinggal di kota, jadi menurut dia apa yang bisa disombongkan. Seandainya dia tinggal di kampung, dia juga pasti sombong. Hahaha…aku baru sadar, bahwa ternyata mewah itu relatif! Buat Julia, kampung itu adalah kemewahan karena dia sukar mendapatkannya. Dia bahkan dari dulu ingin sekolah di kampung, tapi nggak pernah boleh sama ortunya. So, dia iri dengan orang yang bisa tinggal di kampung dan menikmati indahnya alam, kekeluargaan, dan udara segar. Well…aku tentu saja bisa menerima penjelasan itu, walaupun awalnya agak shock! Dan Julia pun akhirnya mengerti bahwa khalayak ramai justru berpikir sebaliknya dari apa yang dia pikir selama ini.
Masih bicara mengenai indahnya tinggal di kampung menurut versi Julia. Akhirnya kita mengenang masa lalu jaman masih KKN di desa-desa. Kita cerita sulitnya air bersih dan aktivitas mandi ketika di desa. Hal itu menyadarkan kita betapa hidup di kota kita sering membuang-buang air untuk mandi. Padahal perubahan iklim jelas-jelas berpengaruh pada ketersediaan air bersih. Setelah itu kita membahas ‘kelakuan’ mandi yang boros air, misal mandi pakai shower itu sepertinya adalah mandi yang paling irit air dan tetap bersih. Sedangkan mandi dengan bathtub itu paling boros air, masih belum bersih pula badannya. Eh, tiba-tiba Julia nyeletuk:
“Ah, aku sih kalau mandi irit air! Paling make airnya cuma se-bak doang!!”
“….”
“Maksud loe, Jul?!? Ngga salah tuh?? Se-bak itu bukan ‘cuma’!! Se-bak itu banyak banget kaliiiii…..”
Si Julia masih merasa nggak terima, “Enggaklah, se-bak itu mah cuma dikiiiiit…”
Belajar dari pengalaman dan teori relativitas, akhirnya kita ngobrol secara investigatif.
“Emangnya, maksud kamu ‘bak’ itu apa?!”
Dan Julia pun menjelaskan bahwa bak itu bentuknya bundar lebar, tingginya paling ga sampai setengah meter dan biasanya kalau bawa dipegang pinggirnya. Emmmm……sepertinya kita pernah tau benda yang dideskripsikan Julia itu. Ah iya!! Itu kan Ember!!
“Jul, bukannya itu ember?”
Kata Julia, “Bukan ember! Ember itu yang nggak terlalu lebar dan biasanya ada besi melengkung buat ngangkat embernya.”
“….”
“Julia sayang, sepertinya yang kamu maksud itu ember dan kami tidak terbiasa menyebutnya sebagai bak. Okay, gini aja, coba kita googling dengan keyword ‘bak’ dan ‘ember’.”
Dan akhirnya setelah perdebatan panjang dengan bukti-bukti hasil searching di google, Julia mau mengerti mengenai penjelasan benda yang bernama ember dan bak. Tapi Julia tetep nggak mau disalahin karena selama ini Ibunyalah yang mengajari bahwa yang kita biasa sebut ember lebar (biasa untuk mandiin bayi) itu adalah BAK. Dan karena itu disebutkan secara terus-menerus, semua orang di keluarganya juga taunya itulah bak.
Hahahaha….bener kan? Lagi-lagi misperception.
But, anyway, setelah perdebatan mengenai perbedaan antara ember dan bak selesai, kita ngobrol lagi mengenai bak di desa-desa. Temenku cerita kalau di desa, di dalam bak suka ada ikan berenang. Padahal airnya mau dipake mandi. Hihihi…buat sebagian orang hal itu menggelikan karena pas mandi eh ada yang ngeliatin…si ikan!
Nah, karena kita ngobrolin tentang ikan pas deket-deket jam makan siang, akhirnya ikan yang kita bahas nggak jauh-jauh dari ikan sebagai lauk. Hihihihi….
Salah satu temen kita cerita kalau ikan yang dia suka adalah ikan gurame. Ada lagi yang suka ikan lele…eh kayaknya itu aku maksudnya, hehehe…. Iya, aku suka ikan lele yang garinggg… Ada yang bilang ikan kue, ikan ayam-ayam… Hmppfhhhh aku yang paling nggak akrab ama ikan jadi suka bingung dengan berbagai nama ikan itu. Ketika Julia ditanya ikan apa yang dia suka, dia jawab, “Kalau aku paling suka ama ikan mas.”
(Lagi-lagi) belajar dari pengalaman dulu-dulu, akhirnya aku merasa harus tanya apa itu ikan mas versi Julia. Aku takut aja kalau ikan mas yang Julia maksud dan kita-kita maksud itu beda, seperti halnya ember dan bak.
Julia dengan pedenya jawab, “Ahh…gampang… Ikan mas itu kan ikan yang ada dagingnya dan agak banyak durinya….”
“Heee?!?” Aku garuk-garuk kepala yang nggak gatel. Bukannya setiap ikan itu emang berdaging dan berduri??
Well emang bener sih bahwa ikan mas itu berdaging dan berduri, tapi kaaan itu terlalu umuuummmm…. Kenapa nggak sekalian aja bilang kalau ikan mas itu hidup di air!!
Julia….Julia….. kenapa kamu unik sekali siiihhhhh!!!
—————–
Leave a Reply