[tulisan ini merupakan tulisan lama yang ada website sebelumnya. Berhubung ada masalah di web yang lama, akhirnya ini diupload lagi, asli apa adanya]
A Piece of Memory – Part 1
[*english mode on*]
Suddenly, my memory flies back to the year of 2005. It was my first time I went to China, a place that I have been dreaming to visit since I learnt Chinese Language.
I went to Beijing to study Chinese in one of famous language universities in China, i.e. Beijing Language and Culture University. For ones that study Chinese, this university is quiet familiar. At that time, I’ve been learning Chinese for almost 5 years, but I found my skill did not improve anymore. Someone gave me that opportunity by sacrificing another opportunity of mine. I never regret my decision.
I started to prepare my study there through an education agency. I took a short semester for 5 weeks only. I had the basic skill. I only need to open the tap so I thought 5 weeks is enough. The agency said I will have 3 companions who also plan to study in BLCU. I felt safe, since I never been to China before, 8-hours-flight!
The D-day, suddenly my liaison said those 3 persons canceled to the next term. I was panic! No way! I’ll be alone. I was thinking to cancel my program too. But, it was too late. I have been in the airport when my liaison said that. I have to go on whatever will happen.
[*english mode off*]
Penerbangan dengan maskapai nasional transit ke Singapura berangkat jam 12 malam saat itu tidak terlalu penuh. Bahkan aku duduk sendirian di satu row kursi. Bukan hal yang menyenangkan, malah semakin membuatku panik. Apalagi waktu aku telusuri, kebanyakan penumpang adalah orang China (aku baru tahu di saat-saat terakhir, bahwa mereka sebenarnya WNI bertampang oriental!).
Kalian boleh mengatakan aku kampungan, tapi ini adalah pertama kali aku menggunakan pesawat dengan tujuan internasional. Dengan segala fasilitas untuk penerbangan jarak jauh. Bahkan aku merasa sangat udik dengan peralatan untuk mendengarkan musik dan melihat film yang ada di masing-masing kursi. Wuah, malam itu akan menjadi malam yang sangat melelahkan, kupikir. Untungnya hampir sebagian digunakan untuk tidur, karena malam hari. Masalah Cuma muncul ketika aku ke lavatory, aku lupa kunci pintu…hehe…untung belum ngapa-ngapain.
Beberapa saat sebelum mendarat pagi hari di Bandara Beijing, pramugari memberikanku secarik kertas untuk urusan imigrasi dan bea cukai mungkin. Mana aku tahu, karena semua tulisan dalam huruf China! Penerbangan gila…memang dianggap semua penumpang bisa berbahasa Chinakah?! Meskipun aku sudah belajar, tapi percaya atau tidak, kemampuanku mengalami penurunan hingga titik terendah. Sampai-sampai aku lupa bahwa aku bisa berbahasa China. Sebagian teori mengatakan aku mengalami culture shock, tapi bagaimana mungkin itu terjadi, lha wong mendarat saja belum! i’m alien in this plane!!
Aku tengok kanan kiri, gawat! Semua orang sepertinya tidak punya masalah berarti dengan kertas itu. Dan semua orang sepertinya orang China, bagaimana aku mau tanya?! Pramugari juga tiba-tiba menghilang ketika dibutuhkan. Orang yang terdekat denganku adalah seorang bapak-bapak muda, dia seperti orang China, tapi aku akan mencoba peruntunganku. Aku mencoba gunakan kemampuan telepatiku yang aku yakin sebenarnya aku tidak punya kemampuan itu, aku lirik bapak itu dengan sepenuh hati, berharap dia akan melihat padaku. Voila! Dia menengok ke arahku dan tiba-tiba aku gelagapan..aku lupa pertanyaanku sama sekali! Tapi mungkin karena dia melihat ekspresi panikku dan melihat kertasku yang masih kosong, dengan baik hati dia memberitahukan apa yang harus kulakukan. Tentu saja setelah aku pinjam pulpen. Aku bahkan tidak tahu kalau aku perlu membawa pulpen untuk terbang ke luar negeri. hehehe… Dia memberitahukan banyak hal, termasuk bahwa aku tidak perlu menulis berapa “harta” yang kubawa masuk ke China meskipun ditanya, dan juga aku ga perlu nulis riwayat penyakitku meskipun beberapa kali batuk.
Ketika aku mendarat, aku pikir, kepanikanku akan berkurang. Tapi ternyata, aku justru semakin panik. Rasanya aku ingin memohon ke Pilotnya untuk membawaku kembali ke Indonesia saat itu juga. Tantangan pertama yang kuhadapi setelah pendaratan dan ambil bagasi adalah petugas imigrasi. Well..aku punya sedikit fobia ringan, aku takut polisi dan sejenisnya. Jadi ketika suatu saat aku ‘ditangkap’ polisi tiba-tiba aku banyak melakukan kesalahan bodoh, dan bahkan bertingkah seperti kriminal yang sebenarnya. Hal itu yang kutakutkan ketika aku melakukan pemeriksaan imigrasi. Aku takut aku terlalu gugup sehingga petugas justru akan mengira aku penjahat atau semacamnya. Kegugupan ini biasanya terjadi ketika mereka memindai seluruh wajah kita, mungkin sih untuk dicocokkan dengan foto di paspor, tapi aku jadi khawatir kalau tiba-tiba wajahku berubah dan jadi berbeda banget dengan foto…
Untunglah, pemeriksaan petugas selesai. Mereka menanyakan beberapa hal dalam bahasa China, tapi seperti yang kubilang tadi, kemampuanku berbahasa China jadi menguap, dan aku ga bisa mencerna omongan mereka. Aku Cuma pasang muka bloon, dan mereka kayaknya ga jadi nanya lebih lanjut deh. Sekarang, aku tinggal mencari orang yang akan menjemputku. Waks! Di depanku ada x-ray koper lagi?!? tobat deh, koperku kan maha berat! Sudahlah, kupaksakan angkat koper itu dan Wupsss…..handlenya pecah (aku bawa koper plastik yang katanya kuat, red.).. Halah…tantangan apalagi ini?? Akhirnya dengan malu-malu aku berusaha mengatasi koperku itu dan juga mengurusi 2 tas kecilku yang lain. Tahu nggak, sesaat aku selesai mengatasi koperku, aku lihat di belakangku ada seoarang cewek berwajah China. Wajahnya jauh lebih panik dariku (melihat dia, aku jadi tidak terlalu panik lagi). Dan baru saja, dia kejatuhan kopernya sendiri, saking besarnya…(suerrr, besar bangett!!). Disana, tidak ada yang peduli dengan kami, cewek-cewek, yang kesulitan dengan koper ini.
Setelah keluar dari pintu bandara, aku langsung lihat seseorang bawa papan bernamakan namaku dari Indonesia. Alhamdulillah langsung ketemu. Aku langsung melambaikan tanganku dan menyapanya… Oh My God, petualanganku baru saja dimulai!! Orang yang jemput aku dan yang bakalan ngurusin aku selama disini itu sangat cerewet…bicara panjang lebar dalam bahasa China dan logat yang aneh! Satupun aku ga paham…bagaimana ini????
[ikuti terus cerita ini kalau mau tahu kelanjutannya… Kapan? hehehe…doain cepet ya…]