Uncategorized

Seri Julia: Antara Kampung, Ember dan Ikan

Ini adalah kisah lain dari Serial Julia, temenku. Bagian sebelumnya dapat dilihat di halaman “Kamus Ajaib” dan tulisan ini juga dapat dilihat di “Kamus Ajaib” pula.

Apa hubungan antara Kampung, Ember dan Ikan?

Ketiga kata itu jelas bisa punya hubungan erat dan bisa sangat tidak berhubungan. Tapi ketiga kata tersebut tiba-tiba saja mengalir dalam percakapan antara aku, Julia dan teman-teman lainnya.

Pada suatu hari Julia cerita kalau dia itu sebel banget ama temennya. Yah namanya temen lagi bete, jelas dong kita dengerin baek-baek (padahal jangan-jangan cuma nyari celah buat mbanting si Julia) hehehe… Julia cerita kalau dia punya kenalan baru yang suka sombong (menurut versinya Julia lo ya). Ternyata temennya Julia cerita kalau dia baru beli rumah, dan kayaknya cash deh… Nah sampai bagian ini aku merasa mungkin aja kalau si Julia sebel atas kesombongannya temennya itu. Mungkin temennya bercerita dengan congkaknya bagaimana dia akhirnya beli rumah (padahal sah-sah aja yaaa…). Trus aku bilang, “Kenapa Jul, kamu ga suka temenmu beli rumah? Jangan gitu Jul…ga boleh iri….” Eh belum selesai mau nasehatin Julia, dianya langsung motong, “Bukan! Bukan masalah beli rumahnya!! Tapi dia cerita kalau dia akhirnya bisa beli rumah di kampung!!!”

“Jadi maksud loe, Jul? Kamu nganggep dia sombong karena dia beli rumah…di KAMPUNG?!? Kok bisa kamu nganggep itu sombong??”

“Ya iyalah itu sombong… Dia bisa beli rumah di kampung!! Di kampung lo mbak…bukan di kota!!”

“Eeehh…sebentar…sebentar, bukannya yang harusnya sombong itu biasanya orang kota?? Kok malah jadi kebalik sih??”

Ternyata setelah ngobrol secara investigatif, Julia cerita kalau bisa tinggal di kampung itu adalah suatu kemewahan. Dia selama ini selalu tinggal di kota, jadi menurut dia apa yang bisa disombongkan. Seandainya dia tinggal di kampung, dia juga pasti sombong. Hahaha…aku baru sadar, bahwa ternyata mewah itu relatif! Buat Julia, kampung itu adalah kemewahan karena dia sukar mendapatkannya. Dia bahkan dari dulu ingin sekolah di kampung, tapi nggak pernah boleh sama ortunya. So, dia iri dengan orang yang bisa tinggal di kampung dan menikmati indahnya alam, kekeluargaan, dan udara segar. Well…aku tentu saja bisa menerima penjelasan itu, walaupun awalnya agak shock! Dan Julia pun akhirnya mengerti bahwa khalayak ramai justru berpikir sebaliknya dari apa yang dia pikir selama ini.

Masih bicara mengenai indahnya tinggal di kampung menurut versi Julia. Akhirnya kita mengenang masa lalu jaman masih KKN di desa-desa. Kita cerita sulitnya air bersih dan aktivitas mandi ketika di desa. Hal itu menyadarkan kita betapa hidup di kota kita sering membuang-buang air untuk mandi. Padahal perubahan iklim jelas-jelas berpengaruh pada ketersediaan air bersih. Setelah itu kita membahas ‘kelakuan’ mandi yang boros air, misal mandi pakai shower itu sepertinya adalah mandi yang paling irit air dan tetap bersih. Sedangkan mandi dengan bathtub itu paling boros air, masih belum bersih pula badannya. Eh, tiba-tiba Julia nyeletuk:

“Ah, aku sih kalau mandi irit air! Paling make airnya cuma se-bak doang!!”

“….”

“Maksud loe, Jul?!? Ngga salah tuh?? Se-bak itu bukan ‘cuma’!! Se-bak itu banyak banget kaliiiii…..”

Si Julia masih merasa nggak terima, “Enggaklah, se-bak itu mah cuma dikiiiiit…”

Belajar dari pengalaman dan teori relativitas, akhirnya kita ngobrol secara investigatif.

“Emangnya, maksud kamu ‘bak’ itu apa?!”

Dan Julia pun menjelaskan bahwa bak itu bentuknya bundar lebar, tingginya paling ga sampai setengah meter dan biasanya kalau bawa dipegang pinggirnya. Emmmm……sepertinya kita pernah tau benda yang dideskripsikan Julia itu. Ah iya!! Itu kan Ember!!

“Jul, bukannya itu ember?”

Kata Julia, “Bukan ember! Ember itu yang nggak terlalu lebar dan biasanya ada besi melengkung buat ngangkat embernya.”

“….”

“Julia sayang, sepertinya yang kamu maksud itu ember dan kami tidak terbiasa menyebutnya sebagai bak. Okay, gini aja, coba kita googling dengan keyword ‘bak’ dan ’ember’.”

Dan akhirnya setelah perdebatan panjang dengan bukti-bukti hasil searching di google, Julia mau mengerti mengenai penjelasan benda yang bernama ember dan bak. Tapi Julia tetep nggak mau disalahin karena selama ini Ibunyalah yang mengajari bahwa yang kita biasa sebut ember lebar (biasa untuk mandiin bayi) itu adalah BAK. Dan karena itu disebutkan secara terus-menerus, semua orang di keluarganya juga taunya itulah bak.

Hahahaha….bener kan? Lagi-lagi misperception.

But, anyway, setelah perdebatan mengenai perbedaan antara ember dan bak selesai, kita ngobrol lagi mengenai bak di desa-desa. Temenku cerita kalau di desa, di dalam bak suka ada ikan berenang. Padahal airnya mau dipake mandi. Hihihi…buat sebagian orang hal itu menggelikan karena pas mandi eh ada yang ngeliatin…si ikan!

Nah, karena kita ngobrolin tentang ikan pas deket-deket jam makan siang, akhirnya ikan yang kita bahas nggak jauh-jauh dari ikan sebagai lauk. Hihihihi….

Salah satu temen kita cerita kalau ikan yang dia suka adalah ikan gurame. Ada lagi yang suka ikan lele…eh kayaknya itu aku maksudnya, hehehe…. Iya, aku suka ikan lele yang garinggg… Ada yang bilang ikan kue, ikan ayam-ayam… Hmppfhhhh aku yang paling nggak akrab ama ikan jadi suka bingung dengan berbagai nama ikan itu. Ketika Julia ditanya ikan apa yang dia suka, dia jawab, “Kalau aku paling suka ama ikan mas.”

(Lagi-lagi) belajar dari pengalaman dulu-dulu, akhirnya aku merasa harus tanya apa itu ikan mas versi Julia. Aku takut aja kalau ikan mas yang Julia maksud dan kita-kita maksud itu beda, seperti halnya ember dan bak.

Julia dengan pedenya jawab, “Ahh…gampang… Ikan mas itu kan ikan yang ada dagingnya dan agak banyak durinya….”

“Heee?!?” Aku garuk-garuk kepala yang nggak gatel. Bukannya setiap ikan itu emang berdaging dan berduri??

Well emang bener sih bahwa ikan mas itu berdaging dan berduri, tapi kaaan itu terlalu umuuummmm…. Kenapa nggak sekalian aja bilang kalau ikan mas itu hidup di air!!

Julia….Julia….. kenapa kamu unik sekali siiihhhhh!!!

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *