Flu merupakan penyakit yang mungkin paling mudah dan sering menyambangi dalam kehidupan kita sehari-hari. Saking mudahnya, seringkali kita malah untuk pergi ke dokter hanya sekedar minta resep obat flu. Di samping itu, obat flu banyak beredar bebas dan sangat mudah didapat, ditambah lagi iklan bertebaran yang membuat kita tidak sulit untuk mencari informasi mengenai obat flu.
Sayangnya, banyaknya informasi dan iklan obat flu tidak diikuti dengan sikap kritis untuk mengenali kandungan obat di dalamnya agar sesuai dengan kebutuhan kita. Walaupun bukan seorang ahli farmasi, namun memahami kandungan obat dan khasiatnya dapat sangat berguna.
Sekedar mengumpulkan informasi yang sudah banyak beredar di internet, ditambah pengalaman pribadi atas beberapa merk obat tertentu (tanpa bermaksud iklan), semoga ulasan dasar berikut dapat memberikan wawasan dan sedikit membantu untuk ‘membaca’ kandungan obat.
- Parasetamol atau acetaminophen sebagai bahan aktif parasetamol, seperti yang banyak diketahui, parasetamol memiliki khasiat untuk menurunkan demam (antipiretik) dan meredakan nyeri (analgesik). Karena biasanya ketika kita menderita flu, demam pun ikut menghampiri dan badan atau kepala rasanya nyeri akibat demam tersebut. Yang harus diperhatikan adalah anjuran minum obat 3x sehari maka lebih baik parasetamol diminum setiap 7-8 jam sekali. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan kelebihan dosis dalam tubuh. Selain itu, harus pula diperhatikan kandungan total parasetamol dalam beberapa obat yang diminum sekaligus. Biasanya setiap obat flu terdapat kandungan parasetamol 250-500 mg, sehingga kita tidak perlu meminum obat demam secara khusus yang hanya mengandung parasetamol lagi. Perlu diingat bahwa dosis maksimal parasetamol yang direkomendasikan dokter adalah 8 tablet 500 mg dalam 24 jam, atau maksimal 1 tablet 500mg setiap 4 jam. Kelebihan beberapa mg saja dalam sehari bisa fatal karena dapat menyebabkan kerusakan liver dan penumpukan cairan di otak.
- Fenilpropanolamin (PPA) memiliki efek untuk melonggarkan hidupng tersumbat dengan cara menciutkan pembuluh darah di sekitar mukosa hidung, atausering disebut sebagai khasiat dekongestan hidung. Namun, selain itu, PPA juga memiliki efek lain, yaitu menekan nafsu makan, makanya PPA ini sering juga dipakai sebagai obat pelangsing (75-150 mg). Hasil studi di Yale University diketahui bahwa penggunaan PPA dapat memicu stroke perdarahan. Badan POM Indonesia kemudian mengeluarkan anjuran agar tidak mengkonsumsi PPA lebih dari 300-350 mg sehari dan meminta agar produsen obat mengurangi dosis PPA dalam obat flu hingga menjadi 15 mg, dimana dosis ini dianggap masih relatif aman. Meskipun dibilang masih aman, namun bagi yang sudah memiliki riwayat hipertensi memang sebaiknya waspada menggunakan obat flu yang mengandung PPA. Saat ini, lebih banyak obat flu yang mengganti kandungan PPA menjadi pseudoefedrin yang memiliki khasiat relatif sama namun relatif kurang menyebabkan efek peningkatan tekanan darah.
- Pseudoefedrin, memiliki khasiat yang sama dengan PPA, yaitu dekongestan hidung dan melegakan saluran pernapasan. Meskipun memiliki resiko bagi penderita hipertensi namun jenis zat ini relatif lebih aman daripada PPA. Obat-obatan yang mengandung ini dapat digunakan untuk menghentikan pilek encer (meler).
- Klorfeniramin Maleat, memiliki khasiat sebagai anti alergi dan dapat menimbulkan rasa kantuk, meskipun kandungannya hanya 1-2 mg dalam tabletnya. Kandungan ini efektif untuk mengatasi pilek karena alergi. Apabila obat flu anda mengandung zat ini, maka sangat tidak direkomendasikan untuk menjalankan kendaraan atau mengoperasikan alat.
- Salisilamida, merupakan turunan salisilat, memiliki efek analgesik yang hampir sama dengan parasetamol. Namun karena sifatnya sedikit asam, sehingga dapat mengiritasi lambung. Hati-hati bagi penderita maag atau gangguan lambung kalau ingin mengkonsumsi obat ini.
- Codein, Dekstrometorfan, berkhasiat sebagai obat batuk untuk jenis batuk kering (antitusif) karena bekerja dengan cara menghambat langsung pusat batuk di otak.
- Gliserilguaiakolat, Guaifenesin, berkhasiat sebagai obat batuk untuk jenis batuk berdahak karena dapat membantu mengeluarkan dahak. Perlu diingat untuk banyak minum air putih apabila mengkonsumsi obat ini.
- Loratadine, mengobati gejala-gejala yang berhubungan dengan rinitis alergi, seperti pilek, bersin-bersin, rasa gatal pada hidung serta rasa gatal dan terbakar pada mata. Loratadine adalah antihistamine yang mengurangi efek alami terjadinya histamine di dalam tubuh. Histamine dapat menyebabkan gejala bersin, hidung basah, gatal dan mata berair. Selain itu, Loratadine juga digunakan untuk mengobati alergi, seperti bersin, mata berair, dan hidung basah. Obat ini juga digunakan untuk mengobati bintik merah yang gatal dan rasa gatal kulit pada mereka dengan reaksi kulit kronis.
Baiklah, sekarang setelah mempelajari kandungan obat tersebut di atas, saya mau uji pemahaman saya dengan beberapa merk obat yang sering saya pakai ketika flu. PLEASE NOTE, ini hanya pengalaman pribadi dari beberapa resep dokter yang manjur untuk saya karena saya bukan dokter hehehe…
Yang pertama, neozep forte, yang mengandung PPA 15mg, Klorfeniramin Maleat 2 mg, Parasetamol 250 mg, dan salisilamida. Hasil pemahaman saya, neozep ini cocok untuk penderita flu yang disertai pilek, termasuk pilek alergi, dan tentu saja yang disertai demam atau nyeri, termasuk sakit kepala. Namun, sepertinya neozep ini kurang cocok bagi penderita flu yang juga disertai batuk karena tidak ada kandungan obat batuk dalam setiap tabletnya. Hmm…biasanya kalau flu yang pilek-pilek meler dan bersin-bersin, saya cocok dengan obat ini. Hanya saja, saya akan menambah parasetamol kalau memang demam saya cukup tinggi dan tidak turun2.
Kedua, Decolsin Kapsul yang mengandung Parasetamol 400 mg, Pseudoefedrin, Klorfeniramin Maleat 1 mg, Dekstrometorfan dan Guaifenesin. Dari kandungannya, Decolsin ini memang lebih menitikberatkan penyembuhan flu yang disertai batuk. Walaupun dia tetap berkhasiat bagi gejala pilek dan bersin-bersin. Biasanya kalau flu menyerang dan yang saya rasakan lebih pada tenggorokan gatal dan batuk-batuk maka saya akan lebih memilih decolsin daripada neozep.
Ketiga, meskipun saya jarang mengkonsumsi tapi suami saya pernah menderita pilek, sekilas memang seperti flu namun karena berulang dan tidak disertai dengan demam atau batuk, saya menyimpulkan bahwa itu hanya penyakit pilek saja, akhirnya dokter memberikan resep Rhinos yang mengandung pseudoefedrin dan loratadine. Obat ini sesuai bagi penderita pilek alergi atau pilek encer (meler). Rhinos ini termasuk jenis SR (Sustained Release) atau teknologi lepas lambat yang dalam bahasa sederhananya punya efek jangka panjang sehingga kita nggak perlu sering-sering minum obat. Masa kerjanya 12 jam, jadi sehari kita hanya perlu minum obat dua kali saja.
Dokter atau ahli farmasi memang tempat terbaik untuk bertanya. Namun, memahami bahasa farmasi dalam rangka memahami kandungan obat sangat dianjurkan. Yang pasti, minumlah obat sesuai kebutuhan dan kenali obat yang anda minum. Karena obat prinsipnya adalah zat kimia yang secara sengaja dimasukkan ke dalam tubuh. Apabila tidak tepat sasaran atau kelebihan dosis bisa jadi tidak efektif dan malah mengganggu metabolisme serta kekebalan tubuh kita.
Ketika sakit, jadilah pasien yang cerdas!