Sebelumnya, aku cerita tentang kunjungan kami ke Gunung Padang. Pada saat ini sebenarnya kakiku, terutama betis, udah kaku n pegel banget hahaha… Tapi the show must go on kan ya… Alhasil, dengan gamang, aku iyain untuk lanjut trip ke Curug Cikondang. Bahkan aku perlu memastikan apakah ini worth atau engga untuk didatengin.
Sembari tetap menuju ke Curug, aku coba googling tempat apaan sih ini. Nah, ketika aku search, aku takjub sih dengan apa yang kutemukan. Kalian cari tahu sendiri aja yakk hahaha… Meskipun, tetep saja aku galau dengan jarak tempuh menuju ke curugnya. Namanya air terjun kan pasti di bawah ya. Duh kebayang betisku huhuhu…
Baiklah! Mari kita jalani saja. Kalau capek ya berhenti dan istirahat. Toh traveling sendirian kan bebas yaaa hahaha….
Ketika kita sampai di parkiran area wisatanya, lha kok sepi ya. Aku sampai takut, khawatir udahnya ke dalam hutan eh ga ada orang selain kami. Tapi ya lagi…ya sudahlah, kita jalani saja wkwkwkk…
Begitu keluar mobil, suara derasnya air terjunnya udah kedengeran lho. Hati lumayan tenang, mungkin memang nggak terlalu jauh. Terus kita bayar tiket masuk yang murah, hanya lima ribu rupiah per orang dan sepuluh ribu untuk parkir.
Aku masuk ke area-nya dan memang ternyata aku udah sampai di atas air terjun. Kayanya biasa aja sih, nggak keliatan cantiknya. Jadi aku jalan terus dan lihat area yang akan aku tuju. Jalannya jauh tapi bukan tangga dan cukup landai. Jadi sepertinya aman ya.
Waktu kita sampai di pengkolan <<pengkolan!!>> baru deh keliatan dari atas si curug yang indahhh banget. Pemandangan dari atas, baik ke arah air terjun, maupun ke arah lembah lainnya itu cakep banget.
Semakin jauh jalannya, semakin dekat dengan curugnya, semakin aku speechless. Secantik itu. Satu hal yang ada dalam pikiranku adalah: ada ya air terjun secantik ini deket dari Jakarta. Kaya nggak percaya hahaha… Ini lho penampakan kecantikan air terjun dari atas.
Ada sedikit bagian yang cukup curam dan lumayan pegel untuk turun. Selain itu, semakin dekat dengan air terjun, jalannya harus hati-hati karena ada beberapa bagian tanah yang basah jadi lebih licin.
Sebelum sampai bawah, ada satu pitstop yang bisa untuk istirahat dan perspektif yang keren banget untuk foto-foto. Oya, dan ternyata ada beberapa orang yang udah sampai bawah, jadi nggak sepi-sepi amat hihihi…
No words can describe! Ternyata Curug Cikondang memang secakep itu. Aku bahkan khawatir dikira hasil foto-fotoku ini adalah editan, saking cantiknya. Suara air terjun yang meskipun keras tapi sangat menenangkan. Tempat ini juga cukup menyenangkan untuk santai-santai menikmati air terjun dan pemandangan sekitarnya.
Entahlah, rasanya aku ngga habis-habis ngambil foto dari segala angle hahaha… Foto yang aku upload di sini bener-bener tanpa editan ya. Kalau nggak percaya, silakan berkunjung langsung haha…
Meskipun nggak pernah merasa cukup, ya aku harus melanjutkan perjalanan ini. Harus, karena aku ngerasa laper hehehe.. Jarak ke tempat makan yang kami ingin datangi cukup jauh, jadi mendingan jalan sekarang (udah menjelang sore), sebelum masuk angin ya.
Eh tapi, sebelum mikirin perjalanan ke Sunda Rasa, masih ada perjalanan berat menanti wkwkwk. Jadilah aku harus mendaki dulu kembali ke parkiran mobil. OMG, berasa banget deh pegelnya. Pelan-pelan banget kaya siput ditambah suasana yang baru panas-panasnya.
Yang jelas, kami beruntung karena pas balik, malah banyak rombongan yang dateng. Karena kita duluan, jadi bisa dapetin foto-foto yang sepi dan personal haha..
Perjalananku lanjut ke rumah makan Sunda Rasa. Sebagai informasi, di Cianjur, rumah makan ini ada di mana-mana. Ada Sunda Rasa 1 sampai dengan 5, yang aku lihat ya.. Entah kalau ada no 6 yang nyelip hihihi..
Seperti namanya, rumah makan ini khas Sunda. Menu unggulannya adalah baceman kulit kikil dan lidah sapi. Suerr, lidah sapi di sini tebal banget. Mantulita deh. Ada 3 macam sambel yang disajikan di meja, sambel oncom, sambel tomat, dan sambel terasi. Karena aku ngga suka oncom, jadi aku hanya makan sambel tomat seger dan sambel terasi. Semuanya enak.
Saking laper dan ternyata enak, makannya nambah terus hahaha… Oya, lidah sapi yang setebal itu motongnya tetep empuk lho. Tadi setelah kita pilih lauk, lalu diangetin, tapi bukan digoreng ya. Jadi ciri khas lauknya tetep agak basah dan berminyak. Tapi enggak eneg sama sekali. Minyaknya yang nyisa juga lebih kaya bumbu bacemannya sih. Jadi tetep enak.
Selesai makan, langsung lanjut ke Bandung! So, tulisan selanjutnya akan bahas tentang Bandung. Apanya? Kuliner dong! Hahaha… Ditunggu ya.
Part 3 baca di sini.